• Selamat Datang

    Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.

  • Selamat Datang

    Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.

  • Selamat Datang

    Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.

  • Selamat Datang

    Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.

  • Selamat Datang

    Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.

Tampilkan postingan dengan label Celoteh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Celoteh. Tampilkan semua postingan

Petruk Dadi Ratu

Petruk Dadi Ratu? Judul Lakon Pewayangan ini terasa menggelitik. Entah kenapa aku tiba-tiba jadi tertarik setelah melihat sebuah kendaraan melintas dengan tulisan tersebut di kaca depannya. Ini seperti  memutar ulang membaca buku pelajaran Bahasa Daerah sewaktu SD. Memang untuk SD di Jawa Tengah pada saat itu ada muatan lokal yang diisi dengan Pelajaran Bahasa Daerah (Bahasa Jawa). Entahlah apakah sekarang, juga masih ada pelajaran seperti itu.


Kembali ke judul di atas, artinya adalah “Petruk Jadi Raja.” Lho kok Petruk jadi Raja? Petruk itu kan cuma abdi,  jongos,  atau orang yang tugasnya cuma momong ksatria-ksatria di dunia pewayangan seperti salah satunya adalah Arjuna. Banyak yang mengartikan lakon Petruk Dadi ratu sebagai sebuah simbol ketidak becusan seorang pemimpin, atau seorang yang tidak layak menjadi pemimpin dijadikan pemimpin hasilnya adalah kekacauan. Segalanya berjalan sudah tidak pada pada tempatnya. Dimana Pebisnis menjadi pejabat ataupun pelawak menjadi wakil rakyat. Bisa juga di artikan sebagai sebuah khayalan yang berlebih.  Walaupun sesungguhnya hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar.


Mari kita ulas sedikit asal-usul Petruk ini. Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Petruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit dengan maksud untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Semar dan Bagong. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Semar atau Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama. Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng.

Berikut adalah kisah Petruk Dadi Ratu.
Diceritakan oleh : Su Rahman

Sebagai salah satu punakawan resmi mayapada. Petruk sudah mengabdi kepada puluhan”ndoro” (tuan), sejak jaman Wisnu pertama kali menitis ke dunia. Hingga saat Wisnu menitis sebagai Arjuna Sasrabahu, menitis lagi sebagai Rama Wijaya, menitis lagi sebagai Sri Kresna. Petruk tetap di sini sebagai seorang pengabdi, karena itu adalah peranan agungnya.

Petruk hanya bisa tersenyum kadang tertawa geli, dan sesekali melancarkan protes akan kelakuan “ndoro-ndoro” (tuan-tuan)-nya yang sering kali tak bisa diterima nalar. Tapi ya memang hanya itu peran Petruk di mayapada ini. Dia tidak punya wewenang lebih dari itu. Meskipun sebenarnya kesaktian Petruk tidak akan mampu ditandingi oleh tuannya yang manapun juga.

Berbeda dengan Gareng yang meledak-ledak dalam menanggapi kegilaan mayapada, berbeda pula dengan Bagong yang sok cuek dan selalu mengabaikan tatakrama. Petruk berusaha lebih realistis dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi. Meskipun nyeri dadanya acapkali muncul saat melihat kejadian-kejadian hasil rekayasa ndoro-ndoro nya.

Petruk sudah hafal betul dengan model paham kekuasaan di Karang Kedempel dari waktu ke waktu. Kalau mau, sebenarnya bisa saja Petruk mengamuk dan menghajar siapa saja yang dianggap bertanggung jawab atas kesemrawutan pemerintahan. Dengan kesaktiannya, apa yang tak bisa dilakukan Petruk, bahkan (dulu) pernah terjadi, Sri Kresna hampir saja musnah menjadi debu dihajar anak Kyai Semar ini. Tapi Petruk sudah memutuskan untuk mengambil posisi sebagai punakawan yang resmi. Dia sudah bertekad tidak lagi mengambil tindakan konyol seperti yang dulu sering dia lakukan. Baginya, kemuliaan seseorang tidak terletak pada status sosial. Pengabdian tidak harus dengan menempati posisi tertentu. Melainkan pada pengabdiannya terhadap nusa dan bangsa.

Singkat cerita Petruk menjelma menjadi Prabu Kanthong Bolong, Petruk melabrak semua tatanan yang sudah terlanjur menjadi “main stream” model kekuasaan di mayapada. Dia menjungkirbalikkan anggapan umum, bahwa penguasa boleh bertindak semaunya, bahwa raja punya hak penuh untuk berlaku adil atapun tidak. Karuan saja, Ulah Prabu Kanthong Bolong membuat resah raja-raja lain. Bahkan, kahyangan Jonggring Saloka pun ikut-ikutan gelisah. Kawah Candradimuka mendidih perlambang adanya “ontran-ontran” yang  membahayakan kekuasaan para dewa.
Maka secara aklamasi disepakati, skenario “mengeliminir” raja biang keresahan. Persekutuan raja dan dewa dibentuk, guna melenyapkan suara sumbang yang mengganggu tatanan keyamanan yang sudah terbentuk selama ini. Hasilnya?, semua usaha untuk melenyapkan suara sumbang itu gagal total.Bukannya Prabu Kanthong Bolong yang mati. Tapi raja jadi-jadian Petruk ini malah mengamuk. Siapapun yang mendekat dihajarnya habis-habisan. Semua lari terbirit-birit.

Kesaktian dan semua ajian milik dewa-dewa dan raja-raja, seperti tak ada artinya menghadapi Prabu Kanthong Bolong. Tahta Jungring Saloka pun dikuasai raja murka ini.

Keadaan semakin semrawut. Sampai akhirnya Semar Bodronoyo turun tangan mengendalikan situasi. “Ngger, Petruk anakku!”, Semar berujar pelan, suaranya serak dan berat seperti biasanya. “Jangan kau kira aku tidak mengenalimu, ngger!”

“Apa yang sudah kau lakukan, thole? Apa yang kau inginkan? Apakah kamu merasa hina menjadi kawulo alit? Apakah kamu merasa lebih mulia bila menjadi raja? “

“Sadarlah ngger, jadilah dirimu sendiri“. Prabu Kanthong Bolong yang gagah dan tampan, berubah seketika menjadi Petruk. Berlutut dihadapan Semar. Dan Episode “Petruk Dadi Ratu” pun berakhir.

Petruk tersenyum mengingat peristiwa itu. “Ah… hanya Hyang Widi yang perlu tahu apa isi hatiku, selain Dia aku tak perduli” Kembali dia mengayunkan “pecok”nya membelah kayu bakar. Sambil bersenandung tembang pangkur: “Mingkar-mingkuring angkoro, akarono karanan mardisiwi, sinawung resmining kidung, sinubo sinukarto….”
Hahahaha dan Petruk pun tertawa kembali melakoni perannya sebagai Punakawan Resmi mayapada ini.

TAMAT

"Petruk Dadi Ratu"
Diambil dari berbagai sumber

Demikian ringkasan dari Lakon Petruk Dadi Ratu. Banyak hal yang bisa dipetik dari cerita tersebut. Saking populernya lakon tersebut, sempat dibuatkan lagunya dan dinyanyikan oleh Mus Mulyadi.

Monggo… :-)



Share:

Antara Inul dan Lumpur Sidoarjo

Melihat tayangan di TV yang masih menyajikan bencana Lumpur Sidoarjo, jadi teringat pembicaraan dengan seseorang tentang hal tersebut. Ini baru terjadi beberapa minggu yang lalu.

Ceritanya pada saat itu aku baru saja melakukan perjalanan dinas ke Cepu. Mungkin ini adalah suatu keuntungan jika melakukan perjalanan dinas dan lokasi kantor tempat kita bekerja ada di luar Jawa. Hal seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk pulang ke kampung halaman. Apalagi sekarang kondisinya keluarga memang ditinggalkan di Jawa. Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan. Meskipun badan capek karena cuma tersisa waktu satu hari saja ya tetep dilakoni.

 
Pulang ke rumah disambut istri dan si kecil yang sudah mulai pinter ngomong. Meski cuma sebentar cukup melegakan. Pagi itu aku langsung pesan tiket pesawat untuk hari minggu sekaligus tiket kereta api untuk sore hari itu juga.

Perjalanan kereta api dari Cilacap ke Jakarta berjalan lancar. Penumpangpun tidak penuh bahkan bisa dibilang kosong. Ini terkait dengan kebijakan Stasiun di Jakarta, bahwa kereta yang bisa masuk ke Gambir hanya kelas eksekutif saja. Sehingga kereta seperti Purwajaya yang aku tumpangi sekarang harus turun di Stasiun Senen. Untuk kereta api dari Cilacap sampai ke Jakarta kalau sesuai dengan jadwal adalah jam 2 dini hari. Sebagian orang merasa kurang nyaman jika berada di Senen. Entah alasan karena ada preman ataupun memang dari segi tempat tidak senyaman di Gambir. Sedangkan jika di turun di Gambir kondisinya cukup nyaman sekalipun sebagian orang memilih duduk di stasiun menunggu sampai hari terang. Jadi dengan pertimbangan tersebut akhirnya banyak yang beralih ke Travel ataupun Bus.

Seperti biasa, saat itu sampai di Senen jam menunjukkan waktu 1.40. Karena memang tujuan selanjutnya adalah ke Bandara Sukarno-Hatta, aku berinisiatif untuk naik ojek menuju ke stasiun Gambir.

Tidak banyak yang bisa dilakukan di Stasiun Gambir pada dini hari. Sambil menunggu jam 4 yaitu waktu pemberangkatan Bus DAMRI yang pertama, aku menunggu di warung-warung Stasiun. Komplek warung ini memang baru berdiri kira-kira setahun lebih. Hanya ada satu warung yang buka saat itu. Aku segera memesan pecel lele, makanan yang jarang bisa ditemui di lokasi kerjaku yang sekarang, dan memang tidak banyak pilihan lain kok... Lha wong dini hari jeee... Segelas kopi cukup untuk menghilangkan rasa kantuk. Aku pernah punya pengalaman jelek terkait ngantuk di stasiun ini. Akibatnya.... Seperangkat laptop lenyap!!!  Dan tentu saja hal seperti itu jangan sampai terjadi lagi.

Menunggu memang pekerjaan yang membosankan, apalagi ditambah dengan nyamuk yang banyak. Mau nggak mau keluar kocek lagi buat beli obat gosok... Tapi aku cukup terobati dengan masakannya. Tidak bisa dibilang enak banget tapi karena memang sedang lapar ya nikmat rasanya.
Di sini, duduk di depanku seseorang yang aku lupa entah dia ini seorang pemilik warung, pengelola atau pengurus komplek warung ini. Yang dari tutur katanya menyiratkan bahwa dia ini orang yang terpelajar. Dari mulai masalah teknik, politik, bahkan kejawen begitu fasih keluar dari mulutnya...

Setelah bicara ngalor-ngidul, sampai sepeminuman teh kemudian (meminjam istilah di komik Wiro Sableng), tiba-tiba dia nyeletuk sesuatu hal yang menggelitik.

”Mas, tahu nggak tentang lumpur Sidoarjo?”

“Tentu tahu, kenapa mas?” Jawabku.

”Itu kalau kita jeli sebenarnya sudah ada pertanda atau peringatan terlebih dahulu dari Yang Maha Kuasa. Kalau dicermati sebelum ada kasus Lumpur Sidoarjo, terlebih dahulu adanya yang meledak adalah kasus goyang ngebornya Inul. Dan yang perlu diketahui Inul juga berasal dari Sidoarjo. Jadi kalau dihubung-hubungkan. Awal bencana lumpur Sidoarjo adalah karena adanya pengeboran dari Lapindo.”


”Mungkin itu hanya kebetulan saja,” begitu jawabku lagi...

”Kalau kita mau sedikit waspada, semua tanda-tanda sebenarnya telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa... Dahulu saat jaman banyak bakar-bakaran, tentu mas masih ingat sebelumnya ada lagu yang sangat populer, yaitu ”Anoman Obong”. Kemudian ada lagi sebelum masanya pejabat diobok-obok lagu diobok-oboknya Joshua juga sangat ngetop. Jadi kesimpulannya Alam ini juga terpengaruh dengan sepak terjang manusia penghuninya. Manusianya marah, alam juga bisa marah”...

”Oooo... gitu tho mas”.... Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 4 kurang seperempat, itu artinya aku harus sudah naik bis menuju bandara.

”Ok, mas... Matur Nuwun sudah menemani saya, kapan-kapan kita ngobrol lagi”, demikian aku menutup pembicaraan. Aku segera naik bus sambil membawa bahan renungan goyang ngebor Inul dan Lumpur Sidoarjo.
Share:

Total Tayangan

Postingan Populer

Mini Set Top Box TV Digital

Set Alat Pel Lantai

HIJAB SEGITIGA INSTAN JERSEY

MY INSTAGRAM