Pernahkah kita berpikir bahwa selama ini kita sudah terlalu lama hidup di tengah-tengah hiruk-pikuknya kota? Sehari-hari kita selalu disibukkan oleh aktivitas pekerjaan dan kurang peduli dengan perkembangan anak kita sendiri. Mungkin sebagian orang berpikir praktis bahwa mencukupi kebutuhan anak dengan pendidikan di Sekolah adalah sudah cukup. Tetapi ternyata ada hal lain yang mungkin belum diperoleh oleh anak-anak di sekolah. Cobalah sekali waktu kita uji anak-anak untuk menyebutkan nama tumbuhan atau jenis binatang di alam yang jarang kita temui sehari-hari. Hampir bisa dipastikan sebagian besar tidak bisa mengenalinya.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
-
Selamat Datang
Sepenggal obrolan, selembar catatan dalam blog ini semoga dapat menghangatkan suasana dan menambah erat persaudaraan.
Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan
Mencari Buku Murah di Palasari Bandung
Bagi yang menyukai buku dan kebetulan ke Bandung, pasti akan mengenal sebuah tempat yaitu Palasari. Kenapa aku bilang bagi yang menyukai buku? Tentu saja karena Bandung identik dengan food dan fashion. Orang pergi ke Bandung bukan untuk mencari buku tetapi lebih banyak untuk wisata kuliner ataupun shopping. Padahal di Bandung ada banyak sekali perguruan tinggi. Jadi seharusnya Bandung identik juga dengan buku sebagai kota pelajar.
Kalau di Jakarta kita bisa datang ke sentra penjualan buku murah di Kwitang, Untuk di Yogyakarta bisa pergi ke Shopping Center. Nah... Untuk Bandung ada juga pusat penjualan buku dengan harga miring, ya di Palasari ini tempatnya. Mau cari buku apapun ada di sini. Baik buku yang serius sampai yang ringan. Mau yang baru ataupun yang bekas. Mau yang asli ataupun bajakan. (Ssst… kalau yang terakhir ini kalau bisa jangan. Takut nggak berkah buat sekolah atau kuliah… :-) ) Kelebihan membeli buku di Palasari adalah harganya yang “miring”. Sebuah buku bisa dijual dengan diskon antara 25% - 35% . Tentu saja dengan begitu Palasari banyak diserbu oleh para pelajar ataupun mahasiswa yang rata-rata memiliki dana terbatas untuk membeli buku.
Ketika aku pertama datang ke tempat ini, memang sudah terbayang suasananya. Tempat tersebut terdiri dari kios-kios buku kecil-kecil. Kalau kita lihat di bagian belakang memang ada beberapa kios atau toko yang lumayan besar. Kalau secara umum mungkin lebih luas lokasi Shopping Center di Jogja. Bukannya mau membandingkan sih. Tetapi karena memang lebih dulu akrab, sebab sudah “kadung” dulu sempat 7 tahun numpang hidup di Jogja.
Hari itu kebetulan bersama seorang teman mencari buku karangan seorang Dosen Unpad. Pertama kali yang dituju adalah toko yang paling besar. Hmmm… betul-betul seperti memasuki gudang yang penuh buku. Bakalan bingung kalau harus mencari sendiri. Bagusnya toko tersebut sudah punya database-nya. Jadi tinggal searching di komputer bakalan ketemu, apakah bukunya ada atau tidak.
Aku nggak punya waktu banyak, sehingga belum sempat berkeliling semua kios yang ada di sana. Banyak yang mau dicari, terutama buku-buku “lawas”. Buku-buku jaman dahulu yang sudah langka. Buku-buku ini yang sering disebut “harta karun” oleh para kolektor. Kapan-kapan aku mau balik lagi ke sana. Ada yang mau ikut?... Oh ya… hati-hati kalau menitipkan tas di toko buku, kartu-nya jangan sampai hilang… Bisa didenda lho… Rugi, jadi nggak terasa lagi diskonnya.. :-)
Hotel Transit Yang Murah di Bandara Soekarno Hatta
Selesai mengikuti rapat di daerah puncak, hari sudah menjelang Maghrib. Untuk yang berasal dari unit di luar Jawa seperti aku tentu perlu sedikit usaha untuk mendapatkan kendaraan ke Jakarta. Salah satu usaha yang paling gampang dilakukan adalah mencari tumpangan. Hiks... :-) Itulah enaknya kalau punya teman, rata-rata rekan yang dari Jakarta memang membawa kendaraan sendiri. Jadi cukup aman untuk sekedar dapat tumpangan. Tentunya yang namanya numpang, aku juga tidak mau menyusahkan orang yang ditumpangin dong. Aku minta diturunkan di tempat yang gampang untuk mencari taxi menuju ke bandara.
Ada Miyabi di Cilacap
Pagi itu aku langsung ditodong oleh anak-anak untuk pergi ke pantai. Ya OK-lah, lagipula memang sudah lama aku tidak menengok Pantai Teluk Penyu Cilacap. Anak-anak membawa alat-alat permainan untuk menggali pasir. Selain itu juga tentu saja membawa baju ganti karena hampir bisa di pastikan akan berbasah-basah di pantai. Kalau Ela anakku yang paling besar dulu masih takut-takut untuk nyebur ke pantai, mungkin sekarang dengan umurnya yang sudah 4 tahun lebih akan lebih berani. Kalau adiknya mungkin baru akan dikenalkan dengan air laut sekarang ini. Nah coba kita lihat apakah mereka sudah berani langsung nyebur ke laut.
Ela di Teluk Penyu Cilacap
Yah.... Ternyata Ela memang sudah berani untuk nyebur ke laut, meski awalnya sempat takut-takut. Sepertinya dia sangat menikmati bermain dengan debur ombak di sana. Sempat juga muntah-muntah karena menelan air, tetapi itu tidak membuatnya kapok. Wah, hari ini kamu jadi anak pantai nak... Biasanya kamu kan anak gunung di Sawahlunto sana... hahaha.. Berbeda dengan adiknya, saat ini masih takut untuk masuk ke air. Jadi cukuplah bermain gali pasir di tepian pantai saja.
Setelah cukup puas bermain di pantai, aku dan keluarga cuci-cuci kaki di Toilet Umum. Kalau anakku karena memang sudah nyebur ke laut ya sekalian mandi dan ganti baju. Setelah ini kami berencana menuju Kebon Sayur, yaitu kampung Mbah-nya anak-anak, orang tuaku di Cilacap. Sepanjang jalan kami melewati Jalan Achmad Yani dan Jalan Veteran. Bukannya karena aku baru pulang dari Jepang maka tiba-tiba tertarik dengan sebuah Restoran Jepang milik Hotel Wijaya Kusuma di tepi jalan tersebut.
Miyabi di Cilacap
Restoran ini namanya mirip dengan artis Jepang yang lagi ngetop di Indonesia... :-) Meski penasaran, Aku juga belum sempat untuk googling mengenai arti dari kata Miyabi itu sendiri. Kalau dari sisi usia, mungkin restoran ini lebih tua umurnya dari sang artis. Semenjak aku masih SD hingga SMP setiap hari bolak-balik menuju ke Sekolah pasti melewati restoran ini.
Pulang dari Kebon Sayur akupun tertidur bersama anak-anak. Capek banget, lagipula sore ini aku harus langsung berangkat kembali ke Jakarta dengan Kereta Api Purwajaya. Dan sekali lagi harus berpamitan dengan keluarga untuk kembali ke Sawahlunto... Sampai nanti ya... Januari kita kembali ke Sawahlunto bersama-sama...
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 6 - Dari Akihabara Kembali ke Indonesia
Inilah hari terakhir di Kushiro. Setelah check-out dari hotel, kamipun menaiki bus untuk menuju bandara yang akan mengantar kami kembali ke Tokyo. Sebuah kejutan, ternyata sensei-sensei dari Kushiro Coal Mine juga datang untuk melepas kepergian kami. Walau cuma singkat waktunya, tetapi terasa cukup berkesan...
Jadwal hari ini selepas dari Kushiro sebenarnya adalah pengisian kuisioner di kantor JCOAL. Tetapi apalah artinya pergi ke Tokyo jika belum sempat mampir ke Akihabara. Atas dasar pemikiran tersebut maka seluruh anggota rombongan sepakat kuisioner telah diisi pada malam harinya. Sehingga pagi hari ini tinggal menyerahkan kepada Kadoguchi San selaku penanggungjawab pelatihan. Beliau ini memang sudah Indonesia banget jadi sudah maklum dengan sifat orang Indonesia yang suka Shopping... :-)
Kami tiba di Akihabara sudah jam 14.30 sesuai perjanjian, jam 16.00 harus sudah kembali berkumpul untuk check-in di Tokyu Hotel. Jadi cuma ada waktu satu setengah jam untuk melihat-lihat barang di sana. Ya harus dipuas-puaskan, masih untung bisa mampir.
Akihabara (秋葉原 ) atau Pusat Elektronik Akihabara (Akihabara denki-gai) adalah wilayah pusat perbelanjaan yang terletak di sekitar Stasiun Akihabara, Tokyo, Jepang. Pusat perbelanjaan ini tepatnya berlokasi di kawasan Akihabara, distrik kota Taitō dan kawasan Soto-kanda di distrik kota Chiyoda. Akihabara sering disingkat sebagai Akiba. Akihabara merupakan pusat dari anime, manga, doujinshi, dan komputer di Jepang, sehingga disebut sebagai surganya otaku di bidang anime, manga, dan permainan video. (Wikipedia)
Akihabara, a picture from terraspirit.com
Kelebihan dari Akihabara adalah bebas pajak bagi orang asing syarat dengan menunjukkan Paspor, ini yang dikenal dengan istilah Duty Free. Kalau melihat barang-barang yang dijual di sana terutama barang elektronik sebenarnya dari sisi harga tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Karena kalau kita menemukan yang murahpun ternyata juga buatan China. Aku juga tidak banyak membeli barang, cukup sekedarnya saja buat si kecil di rumah. Maklumlah duit dari Jepang juga sudah cekak, habis untuk biaya makan, melepon dan jalan selama hampir seminggu ini. Hanya dua toko yang sempat dilihat yaitu LAOX dan sebuah toko lagi di seberang jalan. LAOX cukup dikenal karena direkomendasikan oleh orang-orang JCOAL dan ada Pegawai Indonesia di sana. Dan entah bagaimana, toko di seberang jalanpun juga ada pegawainya yang orang Indonesia, orang Sumatera Barat pula...
Nongkrong di Depan LAOX
Akhirnya selesai juga dari Akihabara, rombongan menuju Tokyu Hotels untuk bermalam. Hotel ini terletak jauh dari pusat keramaian Tokyo. Dijamin sulit untuk bisa kemana-mana. Untuk pergi sendiripun jarang orang asing yang berani. Bagaimana tidak, selain orang Jepang jarang yang bisa berbahasa Inggris, tulisan-tulisan di tempat umum pun semuanya huruf Kanji. Mungkin ini di sengaja untuk meminimalisir kemungkinan anggota rombongan ngelayap sendirian... hehehe....
Yah.... Sekarang saatnya beristirahat, karena esok hari semua akan kembali ke Indonesia. Kembali kepada aktivitasnya masing-masing. Semoga jalinan persahabatan akan tetap hangat walaupun sudah saling berjauhan. Sampai di sini saja Catatan Perjalanan di Kushiro ini berakhir. Tetapi bukan berarti aku akan berhenti menulis, mudah-mudahan jika waktunya memungkinkan, akan aku sempatkan paling tidak seminggu sekali tetap meng-update blog ini.
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 5 - Road Development
Pagi ini terasa lebih dingin. Kebetulan seorang teman yang mencoba keluar semalam juga sampai mimisan, katanya suhu semalam mencapai minus enam derajad. Di dekat perempatan jalan menuju hotel memang ada semacam informasi tentang suhu udara di sekitarnya. Jadi wajar saja sisa-sisa dingin masih terasa menggigit meskipun matahari bersinar cerah.
Hari ini merupakan kuliah terakhir di Kushiro Coal Mine (KCM). Rencananya pagi ini kami akan mengunjungi lokasi development sebuah panel penambangan tepatnya pada gate NO9-12CM yang telah maju 500 meter dan gate NO11-12CM sejauh 360 meter. Sama seperti hari kemarin, kami berangkat menggunakan ManCar dan turun dekat lokasi gate NO9-12CM yang sedang digali. Selanjutnya disambung dengan berjalan kaki menuju lokasi.
Development Panel di Kushiro
Model penggalian yang dilakukan adalah menggunakan Continuous Miner sebagai alat gali, Shuttle Car sebagai alat muat dan angkut serta Belt Conveyor sebagai alat angkut jarak jauhnya. Material yang diperlukan disuplai dengan menggunakan sledge atau shear ship. Karena ini adalah penggalian untuk pembuatan panel penambangan, maka batubara langsung dapat dihasilkan. Karena rombongan peserta pelatihan berjumlah 18 orang, ini menjadi suatu kesulitan tersendiri. Untuk dapat menyaksikan peralatan ini beroperasi terpaksa harus bergiliran dibagi menjadi dua kelompok. Buat aku ini menjadi hal yang menarik. Seperti yang kita ketahui, di Sawahlunto sendiri penggalian lubang bukaan adalah menggunakan Road Header. Sehingga untuk dapat melihat operasional Continuous Miner secara langsung adalah suatu pengalaman baru. Selama ini kita hanya dapat melihat lewat videonya saja.
Dengan hanya mengunjungi lokasi penggalian gate NO9-12CM saja waktu sudah berjalan dengan cepat, sehingga kami harus segera kembali ke luar tambang. Benar saja, tiba kembali di permukaan sudah menjelang jam 12.00 saatnya istirahat. Seperti hari kemarin, kami memilih untuk tidak mandi. Bukannya apa-apa, ternyata setelah diniati mau mandi ternyata model mandi di sana adalah mandi rame-rame. Walah... ya belum biasa...
Saat istirahat sempat naik bukit di dekat kelas
Pelajaran di kelas siang hari ini banyak didominasi diskusi tentang keekonomisan dari tambang batubara bawah tanah. Siapapun tahu, Underground Mine itu High Cost sehingga perusahaan sedapat mungkin masih menggunakan Open Pit. Sedikit diterangkan tentang Operasional Cost untuk KCM dan ternyata biaya terbesar di sana adalah dari sisi upah pekerja. Sedikit banyak hal itu dapat menjadi gambaran apakah akan menguntungkan jika diterapkan model penambangan yang sama di Indonesia. Meskipun untuk dijadikan patokan sangatlah tidak mungkin, karena kondisinya juga jelas berbeda apalagi jika dikaitkan dengan kebijakan pemerintah sendiri.
Pada akhir perkuliahan langsung dibagikan Sertifikat Pelatihan dari NEDO. Ini sangat penting untuk pelaporan nanti setelah tiba kembali di Indonesia. Sekaligus juga diumumkan bahwa malam ini akan diadakan jamuan perpisahan antara peserta pelatihan dengan para instruktur dari KCM.
Malam Ramah Tamah
Malam hari kami bersama-sama dengan para instruktur yang menjemput di hotel berangkat menuju sebuah restoran. Jarak restoran memang tidak terlalu jauh, sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah mencicipi seluruh makanan yang terus-menerus mengalir di meja makan, jamuan pun ditutup dengan Kanpai bersama-sama. Kanpai adalah kata yang sering diucapkan oleh orang-orang Jepang pada saat toast. Kamipun berpamitan untuk kembali menuju hotel, sudah terbayang untuk menonton Bambang Pamungkas dan kawan-kawan menghadapi Philipina lewat internet TV live streaming. Selamat Malam.... Gochisousama Deshita Sensei!....
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 4 - Tambang Bawah Tanah Kushiro
Bangun pagi dengan sedikit rasa malas karena memang masih enak-enaknya untuk tidur. Dari gorden yang sedikit tersibak nampak salju tipis terhampar di jalanan. Cuaca cukup cerah pagi ini sehingga sedikit banyak menambah semangat untuk memulai pelatihan. Bukankah hari ini akan masuk ke lubang tambang?... Ya... kedengarannya cukup menarik.
Setelah mandi dan menghabiskan dua cup mie instant, aku langsung menuju lobby. Sebagian rombongan sedang sarapan, sebagian lagi memilih cukup dengan bekal mie instant di perut. Memang beberapa orang cukup berhati-hati dalam memilih makanan. Meskipun sudah ada dua cup mie instant dalam perutku, rasanya memang tetap kurang "nendang". Jadi sekali lagi aku turut bergerilya mencari masakan yang cocok di restoran hotel. Sayang banget.... kan memang udah jatahnya :-)
Melihat salju tipis terhampar di jalan, rombongan kembali kumat narsisnya. Apalagi kalau bukan foto-foto. Panitia juga maklum, karena memang dari tahun ke tahun ya seperti itu kejadiannya. Apalagi yang namanya urusan jam karet, ini juga nggak sembuh-sembuh. Masih ada saja yang telat di hari ke 3 ini.
Kushiro yang sepi
Sampai ke Pusat Pelatihan, kami langsung diarahkan untuk berganti pakaian. Dengan pakaian berlapis-lapis memang terasa kurang nyaman. Segera setelah mengenakan peralatan safety dan briefing tentang K3 tambang, rombongan langsung menuju lubang tambang bawah tanah. Sedikit disayangkan, hal ini tidak terdokumentasikan karena memang peraturannya dilarang membawa kamera ke dalam tambang bawah tanah.
Kendaraan yang dipakai untuk masuk lubang adalah ManCar dalam jalur rel. Sekitar 5 menit kemudian sampailah ke jalan masuk panel batubara yang akan dikunjungi. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki. Panel ini sebenarnya masih dalam tahap penginstallan peralatan terutama untuk di bagian front, yaitu peralatan Power Roof Support dan Drum Cutter. Boleh dibilang, peserta pelatihan kali ini agak terlalu banyak, sehingga penjelasan pimpinan instruktur agak kurang jelas. Maklumlah di dalam tambang kan ruangannya sempit, jadi bagaimana peserta yang paling belakang dapat mendengar jelas penjelasan instruktur yang berada di depan...
Kami keluar tambang menjelang tengah hari. kebiasaan setelah keluar dari tambang, peserta pelatihan ditawarkan untuk mandi. Tetapi seperti sudah ada kesepakatan tidak ada satupun yang mau mandi. Karena di samping malas, sepertinya badan juga tidak terlalu kotor-kotor amat ya. Minum wedang kopi dan ududan (merokok) jadi pilihan utama setelah berganti baju dan istirahat.
Suasana di Kelas
Pelajaran di kelas dibuka dengan menyajikan kualitas batubara di Kushiro disambung dengan kondisi geologi dan teknologi penambangan secara umum di sana. terjadi diskusi dan tanya jawab yang lumayan seru. Peserta pelatihan dari Kusuma Raya Utama Bengkulu mungkin yang sering ditanggap untuk berbagi pengetahuan teknologi tambang di lokasinya. Yah, di sana memang agak sedikit berbeda terutama teknologi penyanggaannya, karena menggunakan teknologi China. Kapan-kapan aku juga akan menulis khusus tentang teknologi penambangan baik di Kushiro, Bengkulu ataupun tempat lainnya di luar Catatan Perjalanan ini. Doakan saja supaya aku nggak kumat malesnya :-)
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 3 - Kushiro
Dan tepat seperti dugaan aku sebelumnya, malam ini setelah menginap di Kushiro dalam kamar memang free internet. Menurut sang penerjemah, di Jepang memang sudah standar untuk kamar hotel ada fasilitas internet gratis. Jadi Shinagawa Prince Hotel yang mungkin sudah masuk kategori hotel bintang lima malah tidak menyediakannya. Ini adalah suatu kekecualian katanya. Aneh banget.
OK, kembali pada hari terakhir sebelum meninggalkan Tokyo, untuk menuju Kushiro ditempuh dengan meng
gunakan Pesawat dari Bandara Haneda. Kushiro sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Subprefektur Kushiro, Hokkaido, Jepang. Kota ini merupakan ibukota dari Subprefektur Kushiro. Kushiro memiliki bandara bernama Bandara Kushiro. Dari Bandara langsung menuju ke Hotel Route Inn, dan sekali lagi hanya untuk menitip barang karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor Kushiro Coal Mining Co. Ltd yang sekaligus menjadi Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro.
gunakan Pesawat dari Bandara Haneda. Kushiro sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Subprefektur Kushiro, Hokkaido, Jepang. Kota ini merupakan ibukota dari Subprefektur Kushiro. Kushiro memiliki bandara bernama Bandara Kushiro. Dari Bandara langsung menuju ke Hotel Route Inn, dan sekali lagi hanya untuk menitip barang karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor Kushiro Coal Mining Co. Ltd yang sekaligus menjadi Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro.
Di sana kami diterima langsung oleh pimpinan perusahaan, yaitu Mr. Yasunori KIKUCHI. Setelah ada sedikit upacara penyambutan, langsung diisi dengan kuliah atau pengenalan Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro. Pada kuliah pertama ini sebenarnya lebih tepat disebut pengenalan perusahaan tersebut. Sebagai pembuka diputarkan film tentang tambang batubara bawah tanah. Kalau aku mungkin sudah terlalu sering melihat film tersebut, lha.. wong hampir tiap kali mengajar tentang tambang bawah tanah ada beberapa bagian dari film tersebut yang dicuplik sebagai materi. Maklum saja, tempat aku bekerja kan memang sudah lama bekerjasama dengan pemerintah Jepang tentang alih teknologi tambang batubara bawah tanah
Setelah kuliah di kelas, kegiatan disambung lagi dengan melihat fasilitas pelatihan. Pertama-tama kami dibawa ke Central Monitoring System, yaitu suatu sistem pemonitoran terpusat dalam tambang bawah tanah. Di sana kita dapat mengontrol dan mengawasi kegiatan dalam tambang bawah tanah. Di dalam lubang tambang sudah ditempatkan kamera dan sensor gas-gas berbahaya, sehingga dapat dipantau di layar monitor. Menurut petugas yang menerangkan, sensor gas yang dipasang dalam lubang tambang tersebut sekarang sudah dibuat oleh mereka sendiri.
Central Monitoring System
Kemudian kami dibawa menuju kelas, di sana ada beberapa peserta pelatihan yang berasal dari Vietnam. Berdasarkan penjelasan dari Sensei Kushiro, ada 14 orang peserta yang berasal dari China dan 14 orang yang berasal dari Vietnam yang belajar teknologi tambang batubara bawah tanah.
Bersama dengan orang-orang Vietnam, Sensei menunjukkan betapa berbahayanya gas methane yang ada di ada di dalam tambang batubara bawah tanah. Hal itu ditunjukkan dalam rangkaian percobaan dengan mengalirkan gas methane pada suatu tiruan lorong. Kemudian membuat suatu percikan api sehingga menghasilkan suara ledakan yang begitu keras. Memang sengaja para peserta dibuat kaget, hal ini agar mendapatkan efek tidak mudah lupa bahwa ada suatu gas berbahaya dalam tambang yang mudah meledak sehingga harus selalu berhati-hati dalam bekerja.
Peralatan Percobaan Ledakan Gas Tambang Batubara Bawah Tanah
Sebenarnya di Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto peralatan-peralatan tersebut juga ada, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Semua itu hasil hibah dari pemerintah Jepang dalam rangka kerjasama alih teknologi tambang batubara bawah tanah. Simulasi ledakan gas batubara menutup perkuliahan hari ini. Esok pagi dijadwalkan akan langsung masuk ke dalam lubang tambang bawah tanah.
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 2 - Narita Tokyo
Malam ini aku menginap di Shinagawa Prince Hotel. Aku pikir di Hotel yang sebesar ini akan mudah mendapatkan akses internet gratis. Tapi ternyata tidak, semuanya harus bayar. Aku lebih memilih menggunakan fasilitas internet umum di Lobby Hotel, maksudnya tentu sekalian menikmati suasana Tokyo di malam hari. Fasilitas internet umum ini menggunakan koin dengan biaya 100 yen setiap 10 menit. Tak apalah, namanya juga sudah "nyandu" dengan internet... :-)
Menyambung catatan perjalanan yang lalu, aku dan rombongan tiba di Bandara Narita Jepang pada pukul 7.10 waktu setempat. Suhu udara saat itu 8 derajad Celcius. Cukup dingin, apalagi diselingi hujan rintik-rintik. Seperti biasanya, sebelum keluar dari bandara harus melalui proses ke-imigrasi-an yang cukup menyita waktu karena kami dalam satu rombongan ada 18 orang.
Rombongan dan Pejabat JCOAL
Di Bandara kami dijemput oleh Kadoguchi San seorang pejabat NEDO dan Tomitu San yang akan menyertai kami sebagai penerjemah. Belakangan kami ketahui Tomitu San ini adalah seorang Muslim, karena dia ikut kami Sholat bersama di kantor JCOAL.
Pukul 8.30 rombongan meninggalkan bandara menuju Shinagawa Prince Hotel. Menjelang pukul 11.00 sampailah kami di hotel, tetapi ternyata bukan untuk Check-In. Ceritanya kami sekedar titip barang dan perjalanan akan dilanjutkan menuju kantor JCOAL dengan kereta api. Di sini ada sedikit peristiwa lucu. Karena harus ke kantor, tentunya kami harus berpakaian resmi yaitu menggunakan jas dan dasi. Tapi yang ada adalah hampir seluruhnya masih memakai baju santai. bagaimana ini?... Karena rombongan ini termasuk yang nekat, mentang-mentang nggak ada yang kenal maka langsung saja berganti baju di sudut lobby hotel. Asli KATROK BANGET... NDESO... hahaha... Karena seperti yang telah diduga, kami akhirnya ditegur petugas hotel. Ada baiknya, karena kemudian disediakan ruangan untuk berganti baju.
Pengarahan di Kantor JCOAL
Menjelang tengah hari rombongan tiba di kantor JCOAL untuk mendapatkan pengarahan tentang training di Kushiro. Dalam kesempatan itu mereka juga mengundang rombongan untuk jamuan makan malam. Dari kantor JCOAL kami lanjutkan ke kantor NEDO. Selain "kulo nuwun" kami juga berdiskusi mengenai pengembangan tambang batubara bawah tanah di Indonesia hingga sore. Rombongan harus segera kembali ke hotel untuk Check-In. kami hanya diberi waktu 30 menit untuk bersiap-siap menghadiri jamuan makan malam di kantor JCOAL.
Jamuan di Kantor JCOAL
Di kantor JCOAL rombongan disambut oleh Direktur JCOAL dan pejabat-pejabat lainnya. Ada sedikit kejutan, aku bertemu dengan Tanaka Sensei yang dulu merupakan wali kelasku waktu training di Ikeshima. Ada juga Sakaguchi yang sering ke Sawahlunto. Setelah beramah-tamah secukupnya, kamipun pamitan. Tubuh terasa capai karena seharian jalan tanpa sempat mandi atapun gosok gigi. Tiba di hotel, tentu saja yang terpikirkan adalah mandi, beristirahat dan tidur... Sampai jumpa esok pagi.. Oyasumi Minasae....
Catatan Perjalanan di Kushiro - Bagian 1 - Persiapan
Dengan diiringi ciuman dari Istri dan Anak tercinta Aku semalam berangkat ke Bandung. Memang rencananya hari ini ada pertemuan di Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara untuk persiapan bagi keberangkatan rombongan peserta training di Kushiro Jepang. Ini seperti memutar ulang peristiwa sekitar 6 tahun yang lalu, ketika aku berangkat ke Jepang dalam rangka training di Ikeshima.
Setelah Ikeshima tidak menerima peserta training lagi, kegiatan training Alih Teknologi Tambang Batubara Bawah Tanah bagi peserta dari Indonesia diarahkan ke Kushiro. Ada banyak perbedaan tentang training di Kushiro ini. Yang paling mencolok adalah masalah waktu, kalau dahulu di Ikeshima paling cepat 3 bulan, sedangkan training di Kushiro cuma seminggu. Untuk materi pelatihan di Kushiro, berdasarkan informasi yang didapat intinya adalah study visit ke Underground Coal Mine dan tentu saja dengan sedikit muatan materi teori yang akan diberikan sebelum ke lapangan.
Peserta kali ini selain dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga berasal dari Dinas Pertambangan dan Perusahaan tambang batubara di Indonesia. Aku kira mereka semua hari ini juga telah tiba di Bandung.
Tidak banyak yang aku persiapkan, selain hal-hal yang standar seperti baju dan perlengkapan harian, juga tidak lupa membawa laptop dan kamera untuk bahan dokumentasi dan pelaporan. Sekitar 6 tahun yang lalu ada kesulitan dalam komunikasi, karena belum adanya kerjasama antar operator telepon seluler. Tetapi dari informasi yang terbaru, katanya hal tersebut bukan suatu masalah lagi. Untuk memastikannya, karena aku menggunakan kartu Mentari langsung aku hubungi nomor 100 (call center Indosat). Menurut Customer Service Mentari sudah dapat digunakan di Jepang karena sudah bekerja sama dengan operator lokal Jepang yaitu DoCoMo. Untuk mengetahui tarif dengan lebih jelas aku juga sudah masuk ke situs Indosat yang juga sudah aku tuliskan kembali di blog ini tentang International Roaming Untuk Kartu Mentari.
Mengenai Jack Pipih yang digunakan untuk peralatan elektronik di Jepang juga sudah aku persiapkan dengan membeli sambungannya. Untuk voltage yang berlaku yaitu 110 di Jepang juga tidak masalah, karena peralatan elektronik yang aku bawa seperti laptop dan lain-lain kebetulan sudah menggunakan adaptor yang compatible dengan 110/220 V.
Sedapat mungkin aku akan coba menulis setiap hari tentang Catatan Perjalanan di Kushiro ini. Sekedar berbagi informasi terutama untuk pengembangan teknologi tambang bawah tanah di Indonesia. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.
Antara Inul dan Lumpur Sidoarjo
Melihat tayangan di TV yang masih menyajikan bencana Lumpur Sidoarjo, jadi teringat pembicaraan dengan seseorang tentang hal tersebut. Ini baru terjadi beberapa minggu yang lalu.
Ceritanya pada saat itu aku baru saja melakukan perjalanan dinas ke Cepu. Mungkin ini adalah suatu keuntungan jika melakukan perjalanan dinas dan lokasi kantor tempat kita bekerja ada di luar Jawa. Hal seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk pulang ke kampung halaman. Apalagi sekarang kondisinya keluarga memang ditinggalkan di Jawa. Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan. Meskipun badan capek karena cuma tersisa waktu satu hari saja ya tetep dilakoni.
Ceritanya pada saat itu aku baru saja melakukan perjalanan dinas ke Cepu. Mungkin ini adalah suatu keuntungan jika melakukan perjalanan dinas dan lokasi kantor tempat kita bekerja ada di luar Jawa. Hal seperti ini biasanya dimanfaatkan untuk pulang ke kampung halaman. Apalagi sekarang kondisinya keluarga memang ditinggalkan di Jawa. Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan. Meskipun badan capek karena cuma tersisa waktu satu hari saja ya tetep dilakoni.
Pulang ke rumah disambut istri dan si kecil yang sudah mulai pinter ngomong. Meski cuma sebentar cukup melegakan. Pagi itu aku langsung pesan tiket pesawat untuk hari minggu sekaligus tiket kereta api untuk sore hari itu juga.
Perjalanan kereta api dari Cilacap ke Jakarta berjalan lancar. Penumpangpun tidak penuh bahkan bisa dibilang kosong. Ini terkait dengan kebijakan Stasiun di Jakarta, bahwa kereta yang bisa masuk ke Gambir hanya kelas eksekutif saja. Sehingga kereta seperti Purwajaya yang aku tumpangi sekarang harus turun di Stasiun Senen. Untuk kereta api dari Cilacap sampai ke Jakarta kalau sesuai dengan jadwal adalah jam 2 dini hari. Sebagian orang merasa kurang nyaman jika berada di Senen. Entah alasan karena ada preman ataupun memang dari segi tempat tidak senyaman di Gambir. Sedangkan jika di turun di Gambir kondisinya cukup nyaman sekalipun sebagian orang memilih duduk di stasiun menunggu sampai hari terang. Jadi dengan pertimbangan tersebut akhirnya banyak yang beralih ke Travel ataupun Bus.
Seperti biasa, saat itu sampai di Senen jam menunjukkan waktu 1.40. Karena memang tujuan selanjutnya adalah ke Bandara Sukarno-Hatta, aku berinisiatif untuk naik ojek menuju ke stasiun Gambir.
Tidak banyak yang bisa dilakukan di Stasiun Gambir pada dini hari. Sambil menunggu jam 4 yaitu waktu pemberangkatan Bus DAMRI yang pertama, aku menunggu di warung-warung Stasiun. Komplek warung ini memang baru berdiri kira-kira setahun lebih. Hanya ada satu warung yang buka saat itu. Aku segera memesan pecel lele, makanan yang jarang bisa ditemui di lokasi kerjaku yang sekarang, dan memang tidak banyak pilihan lain kok... Lha wong dini hari jeee... Segelas kopi cukup untuk menghilangkan rasa kantuk. Aku pernah punya pengalaman jelek terkait ngantuk di stasiun ini. Akibatnya.... Seperangkat laptop lenyap!!! Dan tentu saja hal seperti itu jangan sampai terjadi lagi.
Menunggu memang pekerjaan yang membosankan, apalagi ditambah dengan nyamuk yang banyak. Mau nggak mau keluar kocek lagi buat beli obat gosok... Tapi aku cukup terobati dengan masakannya. Tidak bisa dibilang enak banget tapi karena memang sedang lapar ya nikmat rasanya.
Di sini, duduk di depanku seseorang yang aku lupa entah dia ini seorang pemilik warung, pengelola atau pengurus komplek warung ini. Yang dari tutur katanya menyiratkan bahwa dia ini orang yang terpelajar. Dari mulai masalah teknik, politik, bahkan kejawen begitu fasih keluar dari mulutnya...
Setelah bicara ngalor-ngidul, sampai sepeminuman teh kemudian (meminjam istilah di komik Wiro Sableng), tiba-tiba dia nyeletuk sesuatu hal yang menggelitik.
”Mas, tahu nggak tentang lumpur Sidoarjo?”
“Tentu tahu, kenapa mas?” Jawabku.
”Itu kalau kita jeli sebenarnya sudah ada pertanda atau peringatan terlebih dahulu dari Yang Maha Kuasa. Kalau dicermati sebelum ada kasus Lumpur Sidoarjo, terlebih dahulu adanya yang meledak adalah kasus goyang ngebornya Inul. Dan yang perlu diketahui Inul juga berasal dari Sidoarjo. Jadi kalau dihubung-hubungkan. Awal bencana lumpur Sidoarjo adalah karena adanya pengeboran dari Lapindo.”
”Mungkin itu hanya kebetulan saja,” begitu jawabku lagi...
”Kalau kita mau sedikit waspada, semua tanda-tanda sebenarnya telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa... Dahulu saat jaman banyak bakar-bakaran, tentu mas masih ingat sebelumnya ada lagu yang sangat populer, yaitu ”Anoman Obong”. Kemudian ada lagi sebelum masanya pejabat diobok-obok lagu diobok-oboknya Joshua juga sangat ngetop. Jadi kesimpulannya Alam ini juga terpengaruh dengan sepak terjang manusia penghuninya. Manusianya marah, alam juga bisa marah”...
”Oooo... gitu tho mas”.... Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 4 kurang seperempat, itu artinya aku harus sudah naik bis menuju bandara.
”Ok, mas... Matur Nuwun sudah menemani saya, kapan-kapan kita ngobrol lagi”, demikian aku menutup pembicaraan. Aku segera naik bus sambil membawa bahan renungan goyang ngebor Inul dan Lumpur Sidoarjo.