Dan tepat seperti dugaan aku sebelumnya, malam ini setelah menginap di Kushiro dalam kamar memang free internet. Menurut sang penerjemah, di Jepang memang sudah standar untuk kamar hotel ada fasilitas internet gratis. Jadi Shinagawa Prince Hotel yang mungkin sudah masuk kategori hotel bintang lima malah tidak menyediakannya. Ini adalah suatu kekecualian katanya. Aneh banget.
OK, kembali pada hari terakhir sebelum meninggalkan Tokyo, untuk menuju Kushiro ditempuh dengan meng
gunakan Pesawat dari Bandara Haneda. Kushiro sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Subprefektur Kushiro, Hokkaido, Jepang. Kota ini merupakan ibukota dari Subprefektur Kushiro. Kushiro memiliki bandara bernama Bandara Kushiro. Dari Bandara langsung menuju ke Hotel Route Inn, dan sekali lagi hanya untuk menitip barang karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor Kushiro Coal Mining Co. Ltd yang sekaligus menjadi Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro.
gunakan Pesawat dari Bandara Haneda. Kushiro sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Subprefektur Kushiro, Hokkaido, Jepang. Kota ini merupakan ibukota dari Subprefektur Kushiro. Kushiro memiliki bandara bernama Bandara Kushiro. Dari Bandara langsung menuju ke Hotel Route Inn, dan sekali lagi hanya untuk menitip barang karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor Kushiro Coal Mining Co. Ltd yang sekaligus menjadi Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro.
Di sana kami diterima langsung oleh pimpinan perusahaan, yaitu Mr. Yasunori KIKUCHI. Setelah ada sedikit upacara penyambutan, langsung diisi dengan kuliah atau pengenalan Pusat Pelatihan Tambang Batubara Bawah Tanah Kushiro. Pada kuliah pertama ini sebenarnya lebih tepat disebut pengenalan perusahaan tersebut. Sebagai pembuka diputarkan film tentang tambang batubara bawah tanah. Kalau aku mungkin sudah terlalu sering melihat film tersebut, lha.. wong hampir tiap kali mengajar tentang tambang bawah tanah ada beberapa bagian dari film tersebut yang dicuplik sebagai materi. Maklum saja, tempat aku bekerja kan memang sudah lama bekerjasama dengan pemerintah Jepang tentang alih teknologi tambang batubara bawah tanah
Setelah kuliah di kelas, kegiatan disambung lagi dengan melihat fasilitas pelatihan. Pertama-tama kami dibawa ke Central Monitoring System, yaitu suatu sistem pemonitoran terpusat dalam tambang bawah tanah. Di sana kita dapat mengontrol dan mengawasi kegiatan dalam tambang bawah tanah. Di dalam lubang tambang sudah ditempatkan kamera dan sensor gas-gas berbahaya, sehingga dapat dipantau di layar monitor. Menurut petugas yang menerangkan, sensor gas yang dipasang dalam lubang tambang tersebut sekarang sudah dibuat oleh mereka sendiri.
Central Monitoring System
Kemudian kami dibawa menuju kelas, di sana ada beberapa peserta pelatihan yang berasal dari Vietnam. Berdasarkan penjelasan dari Sensei Kushiro, ada 14 orang peserta yang berasal dari China dan 14 orang yang berasal dari Vietnam yang belajar teknologi tambang batubara bawah tanah.
Bersama dengan orang-orang Vietnam, Sensei menunjukkan betapa berbahayanya gas methane yang ada di ada di dalam tambang batubara bawah tanah. Hal itu ditunjukkan dalam rangkaian percobaan dengan mengalirkan gas methane pada suatu tiruan lorong. Kemudian membuat suatu percikan api sehingga menghasilkan suara ledakan yang begitu keras. Memang sengaja para peserta dibuat kaget, hal ini agar mendapatkan efek tidak mudah lupa bahwa ada suatu gas berbahaya dalam tambang yang mudah meledak sehingga harus selalu berhati-hati dalam bekerja.
Peralatan Percobaan Ledakan Gas Tambang Batubara Bawah Tanah
Sebenarnya di Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto peralatan-peralatan tersebut juga ada, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Semua itu hasil hibah dari pemerintah Jepang dalam rangka kerjasama alih teknologi tambang batubara bawah tanah. Simulasi ledakan gas batubara menutup perkuliahan hari ini. Esok pagi dijadwalkan akan langsung masuk ke dalam lubang tambang bawah tanah.
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...
Malam kian larut. Aku juga sudah mulai merasa ngantuk. Acara di TV hotel juga semuanya bahasa Jepang, kecuali kalau yang berbayar. Mau gimana lagi... Akhirnya aku pilih channel yang menyajikan lagu ENKA... Hm... rasanya cukup nyaman, cocok banget buat leyeh-leyeh pengantar tidur...